ANATOMI
FISIOLOGI
SISTEM
KARDIOVASKULER
By:
Desak
putu kristian p
BAB I
ANATOMI FISIOLOGI KARDIOVASKULER
Sistem
kardiovaskuler merupakan sistem penting dalam mendukung kehidupan sel,
kehidupan individu makhluk hidup. Sistem ini merupakan salah satu dari dua
sistem sirkulasi cairan dalam tubuh, yaitu sirkulasi darah dan sirkulasi limfe.
Untuk kepentingan sirkulasi darah yang vital pada organisme multiseluler
tersebut tubuh memiliki organ pemompa dan saluran. Jantung merupakan pompa
penggerak darah sedangkan saluran untuk darah adalah pembuluh darah yang
merupakan saluran dengan dinding elastis. Dengan demikian terdapat tiga
komponen sistem transport darah ini, yaitu: jantung, pembuluh darah dan cairan
darah. Sistem vaskular melayani tidak hanya transportasi
oksigen tetapi juga distribusi zat diserap
dari makanan. Pembuluh darah mengangkut
mereka ke sel (pertukaran zat dalam kapiler), di
mana dengan bantuan oksigen,
mereka berubah menjadi energi (ATP) untuk melakukan proses
metabolisme yang diperlukan untuk hidup, atau digunakan
untuk pembuatan struktur tubuh.
A.
Jantung
Jantung
adalah organ otot berongga yang terletak di ruang jaringan
ikat (mediastinum) di antara
tulang belakang dan sternum. Jantung merupakan motor penggerak dari sistem
sirkulasi darah yang tersusun dari otot dan berkontraksi secara ritmis untuk
memompa darah dalam sistem sirkulasi. Dinding jantung terdiri atas 3 lapisan
(tunika) yaitu,
1.
Endokardium
terletak pada lapisan subendotel. Sebelah dalam dibatasi oleh endotel.
Endokardium tersusun atas jaringan penyambung jarang dan banyak mengandung
vena, syaraf (nervus), dan cabang-cabang sistem penghantar impuls.
2.
Miokardium
terdiri atas sel-sel otot jantung. Sel-sel otot jantung dibagi dalam 2
kelompok; sel-sel kontraktil dan sel-sel yang menimbulkan dan menghantarkan
impuls sehingga mengakibatkan denyut jantung.
3.
Epikardium
merupakan membran serosa jantung, membentuk batas viseral perikardium. Sebelah
luar diliputi oleh epitel selapis gepeng (mesotel). Jaringan adiposa yang
umumnya meliputi jantung terkumpul dalam lapisan ini.
Potongan
horisontal thorax
Sumber:
Faller, A., M. Schünke, et al. (2004)
Jantung
memiliki katup-katup yang berfungsi mencegah terjadinya aliran balik.
Katup-katup jantung terdiri atas bagian sentral yang terdiri atas jaringan
fibrosa padat menyerupai aponeurosis yang pada kedua permukaannya dibatasi oleh lapisan endotel. Katup-katup jantung tersebut
adalah:
a.
Katup trikuspid, batas sternum kanan
pada tingkat ruang intercostal 5
b.
Katup
bikuspid atau mitral,
pada puncak di kiri rongga interkostal 5
c.
Katup
pulmonal, di ruang intercostal 2 di perbatasan sternum
kiri
d.
Katup aorta, di ruang intercostal 2 di perbatasan sternum
kanan
Selain dilengkapi dengan pengaturan mekanis seperti
klep yang berfungsi mengatur aliran, jantung juga didukung sistem persyarafan
yang unik. Persyarafan jantung tersusun atas sistem yang menimbulkan dan
menghantarkan impuls pada jantung. Sistem yang menimbulkan dan menghantarkan
impuls memungkinkan bagi atrium dan ventrikel untuk berdenyut secara berurutan
sehingga jantung berfungsi secara efisien.
Otot
jantung memiliki karakteristik yang berbeda dengan otot-otot tubuh pada umumnya
(serupa otot lurik tetapi bekerja seperti otot polos). Otot jantung mempunyai
kemampuan autostimulasi, tidak tergantung dari impuls syaraf. Sel-sel otot
jantung yang telah diisolasi dapat berdenyut dengan iramanya sendiri. Sistem
pendukung dari kemempuan otot jantung ini adalah: (1) Simpul sinoatrial sebagai
alat pacu (pace maker) jantung; (2)
Simpul atrioventrikuler; (3) Berkas atrioventrikuler (berkas His) yang berasal
dari simpul atrioventrikuler dan berjalan ke ventrikel, bercabang dan
mengirimkan cabang-cabang ke kedua ventrikel. Pada daerah yang dekat dengan
simpul sinoatrial dan atrioventrikuler, terdapat sel-sel syaraf ganglion dan
serabut-serabut syaraf. Syaraf-syaraf ini mempengaruhi irama jantung, dimana
perangsangan bagian parasimpatis (nervus
vagus) menimbulkan perlambatan denyut jantung, sedangkan perangsangan
syaraf simpatis mempercepat irama pace
maker.
Sumber: Faller, A., M. Schünke, et al. (2004)
B.
Pembuluh
darah
Darah
bersirkulasi melalui sistem tertutup pipa elastis
sistem pembuluh darah yang dapat dibagi menjadi segmen berikut:
(1) Arteri yang membawa darah dari jantung dan
mendistribusikannya; (2) Kapiler tempat
pertukaran zat terjadi;
(3) Vena yang mengembalikan darah
ke jantung; (4) Pembuluh getah bening yang
melayani transportasi cairan dan sel-sel
kekebalan tubuh. Terdapat tiga jenis pmbuluh darah, yaitu
arteri, vena dan kapiler.
Terlepas dari
kandungan oksigen mereka, semua pembuluh darah yang meninggalkan jantung
disebut arteri dan
semua pembuluh darah yang
mengarah ke jantung disebut
vena. Misalnya arteri
pulmonalis yang mengarah dari
jantung ke paru-paru membawa
darah miskin oksigen. Di sisi
lain pembuluh darah paru yang mengarah dari paru-paru ke jantung membawa darah yang kaya oksigen. Serupa dengan itu, arteri umbilikalis membawa
darah miskin oksigen sedangkan
darah dalam pembuluh vena umbilikalis
kaya oksigen.
Dinding pembuluh darah terdiri atas beberapa
lapisan, yaitu: (1) Tunika intima (tunika interna)
terdiri atas selapis sel endotel yang membatasi permukaan dalam pembuluh. Di
bawah endotel adalah lapisan subendotel, terdiri atas jaringan penyambung
jarang halus yang kadang-kadang mengandung sel otot polos yang berperan untuk kontraksi
pembuluh darah; (2) Tunika media terdiri dari sel-sel otot polos yang tersusun
melingkar (sirkuler). Pada arteri, tunika media dipisahkan dari tunika intima
oleh suatu membrana elastik interna. Membran ini terdiri atas elastin, biasanya
berlubang-lubang sehingga zat-zat dapat berdifusi melalui lubang-lubang yang
terdapat dalam membran dan memberi makan pada sel-sel yang terletak jauh di
dalam dinding pembuluh; (3) Tunika adventitia terdiri dari jaringan ikat serta
serat kolagen dan elastis. Serat ini memungkinkan arteri dan vena untuk
meregangkan untuk mencegah overexpansion karena tekanan yang diberikan pada
dinding oleh aliran darah. Pada pembuluh yang lebih besar, vasa vasorum
(pembuluh dalam pembuluh) bercabang-cabang luas dalam adventitia. Vasa vasorum
memberikan metabolit-metabolit untuk adventitia dan tunika media
pembuluh-pembuluh besar, karena lapisan-lapisannya terlalu tebal untuk diberi
makanan oleh difusi dari aliran darah.
1.
Arteri
Berdasarkan ukurannya, arteri dapat diklasifikasikan
menjadi (1) arteri besar; (2) arteri ukuran sedang, dan (3) arteriola. Arteri
besar juga dinamakan pengangkut karena fungsi utamanya adalah mengangkut darah.
Fungsi arteri ukuran sedang sebagai arteri penyalur yaitu untuk menyediakan
darah pada berbagai organ. Arteriola merupakan pembuluh arteri yang paling
kecil (halus), bergaris tengah kurang dari 0,5 mm dan relatif mempunyai lumen
yang sempit.
Jantung mendapatkan sirkulasi darah secara langsung
melalui arteri koronaria. Arteri koroner
memasok otot jantung secara eksklusif. Mereka muncul dari aorta tepat di
atas katup aorta dan mengirim
cabang utama mereka atas miokardium cabang terminal
mereka memasuki otot jantung
dari luar. Vena jantung mengumpulkan darah di
pembuluh darah kecil, sedang dan besar jantung (vena cardiacae
parva, media dan magna)
yang mengumpul dalam sinus koroner dan
mengalir ke atrium kanan. Jika arteri koroner menyempit
(arteriosclerosis) otot jantung yang terkena menderita kekurangan
oksigen dan bisa mati (infark jantung) jika
pembuluh ini benar-benar tersumbat.
Sumber:
Faller, A., M. Schünke, et al. (2004)
2.
Vena
Vena merupakan pembuluh darah dengan diameter besar
dan dinding tebal yang mengembalikan darah ke dalam atrium jantung. Vena
terbesar adalah vena cava (superior & inferior). Vena cava superior
mengalirkan darah dari kepala leher dan ekstremitas atas sedangkan vena cava
inferior dari tubuh dan ekstremitas bagian bawah. Venula merupakan vena yang
lebih kecil (diameter 0,2 – 1 mm). venula mengumpulkan darah dari kapiler dan
meneruskannya ke vena yang lebih besar. Vena pada umumnya memiliki lumen lebih lebar dan dinding
lebih tipis dari arteri. Tiga lapisannya kurang baik dan lapisan ototnya kurang
berkembang dengan baik. Kebanyakan vena selain yang dekat dengan jantung,
memiliki katup vena. Lipatan-lipatan
endotel ini diproyeksikan seperti kantong ke
dalam lumen pembuluh bertindak sebagai katup satu arah yang mengarahkan darah menuju jantung dan
mencegah aliran balik.
3.
Kapiler
Kapiler tersusun atas selapis sel endotel yang
berasal dari mesenkim, melingkar berbentuk tabung, mengelilingi ruang
silindris. Garis tengah rata-rata kapiler berkisar dari 7 sampai 9 µm. Kapiler
dapat dikelompokkan dalam 3 jenis menurut struktur dinding sel endotel: (1)
Kapiler kontinu yang memiliki susunan sel endotel rapat; (2) Kapiler fenestrata
atau perforata yang ditandai oleh adanya pori-pori diantara sel endotel,
biasanya ditemukan dalam jaringan-jaringan dimana terjadi pertukaran-pertukaran
zat dengan cepat antara jaringan dan darah, seperti yang terdapat pada ginjal,
usus, dan kelenjar endokrin; (3) Kapiler sinusoid, berkelok-kelok dan garis
tengahnya sangat besar (30-40 µm), sirkulasi darah lambat, tidak memiliki
dinding yang dibatasi kontinu oleh sel–sel endotel, tetapi terbuka pada
ruang–ruang antara sel, dan adanya sel dengan dinding bulat selain sel endotel
yang biasa dengan aktivitas fogositosis. Kapiler sinusoid terutama ditemukan
pada hati dan organ-organ hemopoetik seperti sumsum tulang dan limpa.
Kapiler-kapiler beranastomosis (berhubungan satu
dengan lainnya) membentuk jala-jala antar arteri-arteri dan vena-vena kecil
yang disebut anastomosis arteriovenosa. Arteriol bercabang menjadi
pembuluh-pembuluh kecil yang mempunyai lapisan otot polos yang tidak kontinu,
yang disebut metarteriol. Konstriksi metarteriol membantu sirkulasi dalam
kapiler, dan mempertahankan perbedaan tekanan dalam dua sistem. Bila
pembuluh-pembuluh anastomosis arteriovenosa berkontraksi, semua darah harus
berjalan melalui jala-jala kapiler. Kemudian sebagian darah mengalir langsung
ke vena saat relaksasi.
4.
Pembuluh
limfe
Pembuluh limfe merupakan saluran tipis yang dibatasi
endotel yang mengumpulkan cairan dari ruang-ruang jaringan dan mengembalikannya
ke dalam darah. Cairan ini dinamakan cairan limfe. Limfe hanya beredar dalam satu
arah, yaitu ke arah jantung. Kapiler limfe berasal dari berbagai jaringan
sebagai pembuluh tipis dengan ujung buntu. Di antara pembuluh-pembuluh limfe
terdapat kelenjar-kelenjar limfe. Dengan pengecualian sistem syaraf dan sumsum
tulang, sistem limfe ditemukan pada hampir semua organ. Pembuluh limfe
mempunyai struktur yang mirip dengan vena kecuali mereka mempunyai dinding yang
lebih tipis dan tidak mempunyai batas yang nyata antara ketiga lapisan (intima,
media, dan adventitia). Seperti vena, mereka mempunyai banyak katup-katup
interna.
Sistem
limfatik berjalan sejajar dengan sisi vena dari sirkulasi. Kapiler limfatik
menyerap cairan yang
belum diambil dari jaringan
oleh pembuluh darah (limfatik cairan [bening]
sekitar 10% dari cairan
disaring selama pertukaran
zat). Pembuluh getah bening kecil dan besar kemudian mengembalikan getah bening ke darah
vena. Dinding pembuluh getah
bening terdiri dari endothelium
dan lapisan tipis sel otot polos yang berkontraksi secara ritmis. Serupa dengan pembuluh darah, banyak katup mendorong
transportasi getah bening. Jalannya pembuluh getah bening disela oleh kelenjar getah bening yang merupakan jenis
filter biologis dan berguna dalam
pertahanan kekebalan tubuh.
C.
Darah
Darah terbentuk dari dua bagian,
yaitu elemen darah dan sel plasma. Elemen darah tersusun atas eritrosit,
leukosit dan trombosit. Leukosit, sebagian diantaranya adalah fagositik,
merupakan salah satu dari pertahanan utama terhadap infeksi dan beredar ke
seluruh tubuh melalui sistem vaskuler darah. Dengan menembus dinding kapiler,
sel-sel ini terkonsentrasi dengan cepat dalam jaringan dan berpartisipasi pada
peradangan. Sistem vaskuler darah juga merupakan alat transport oksigen (O2)
dan karbondioksida (CO2); yang pertama terutama terikat pada hemoglobin
eritrosit, sedangkan yang terakhir, selain terikat pada protein eritrosit
(terutama hemoglobin), juga diangkut dalam bentuk larutan dalam plasma sebagai
CO2 atau dalam bentuk HCO3.
Plasma mentransport metabolit-metabolit dari tempat
absropsi atau sintesisnya, menyalurkannya ke berbagai daerah organisma. Ia juga
mentransport sisa-sisa metabolisme, yang dibuang dari darah oleh organ-organ
ekskresi. Darah, merupakan alat distribusi hormon-hormon, memungkinkan
pertukaran pesan-pesan kimia antara organ-organ yang jauh untuk fungsi normal
sel. Selanjutnya ia berperanan dalam pengaturan distribusi panas dan
keseimbangan asam-basa dan osmotik. Plasma adalah suatu larutan aqueous yang
mengandung zat-zat dengan berat molekul besar dan kecil yang merupakan 10% volumenya
(Protein-protein plasma 7%, garam-garam anorganik 0,9%, sisanya yang 10% terdiri atas beberapa
senyawa organik dari berbagai asam amino, vitamin, hormon, lipid, dan
sebagainya).
1.
Eritrosit
Eritrosit mamalia tidak memiliki inti, dan pada
manusia berbentuk cakram bikonkav dengan garis tengah 7,2 ìm (gambar 13-4).
Eritrosit dengan garis tengah yang lebih besar dari 9 ìm dinamakan makrosit,
dan yang mempunyai garis tengah kurang dari 6 ìm dinamakan mikrosit. Bentuk
bikonkav menyebabkan eritrosit mempunyai permukaan yang luas sehingga
mempermudah pertukaran gas. Eritrosit manusia dapat hidup (life span) dalam
sirkulasi sekitar 120 hari. Eritrosit yang tidak digunakan dibuang dari
sirkulasi oleh sel-sel limpa dan sumsum tulang.
Konsentrasi normal eritrosit dalam darah sekitar 4,5-5 juta/µL pada
wanita dan 5 juta/µL pada pria. Eritrosit kaya akan hemoglobin. Molekul
hemoglobin (suatu conjugated protein) terdiri atas 4 subunit, masing-masing
mengandung gugus haem yang dihubungkan dengan suatu polipeptida. Gugus haeme
adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi dalam bentuk ferro (Fe2+).
2.
Leukosit
Berdasarkan granula (buitran-butiran) spesifik pada
sitoplasmanya, sel-sel darah putih digolongkan dalam 2 kelompok: granulosit dan
agranulosit. Berdasarkan morfologi inti leukosit juga dapat dibagi dalam
sel-sel polimorfonuklear dan mononuklear dipandang. Selain itu, mereka dapat
digolongkan berdasarkan asal mula sebagai sel-sel mieloid atau limfoid,
tergantung dari asalnya.
Granulosit mempunyai bentuk inti tidak teratur,
dalam sitoplasma terdapat granula spesifik yang dinamakan – neutrofil,
eosinofil, basofil. Agranulosit mempunyai inti dengan bentuk teratur,
sitoplasma tidak mempunyai granulagranula nonspesifik, tetapi mungkin mempunyai
granula-granula nonspesifik khas seperti granula azurofilik yang juga terdapat
dalam leukosit lainnya. Tergantung pada bentuk intinya dan sifat pewarnaan
sitoplasma, agranulosit dapat digolongkan sebagai limfosit atau monosit.
Leukosit berperanan dalam pertahanan seluler dan
humoral organisme terhadap zat-zat asing. Bila tersuspensi dalam sirkulasi
darah mereka berbentuk sferis tetapi mampu berubah menjadi seperti amoeba bila
menemukan substrat padat. Melalui proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan
kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus ke dalam jaringan
penyambung. Jumlah leukosit dalam jaringan penyambung demikian banyak sehingga
mereka dianggap merupakan komponen seluler normal jaringan tersebut. Jumlah
leukosit per mikroliter (µL) darah pada orang dewasa normal adalah 4-11 ribu.
3.
Trombosit
Kepingan darah (trombosit) adalah sel tak berinti,
berbentuk cakram dengan garis tengah 2-5 ìm. Keping darah berasal dari
pertunasan sel raksasa berinti banyak megakariosit yang terdapat dalam sumsum
tulang. Jumlah normal berkisar dari 150.000 – 300.000 ìL darah. Sebagai
indikator demam berdarah dengue (DBD). Setelah masuk aliran darah, kepingan
darah mempunyai masa hidup sekitar 8 hari.
Fungsi trombosit adalah untuk darah. Saat pembuluh
darah pecah, tombosit pecah dalam daerah cedera mengeluarkan granula yang
mengandung serotonin. Serotonin akan menyebabkan mengakibatkan vasokonstriksi
kontraksi otot polos vaskuler, menghambat atau menghentikan aliran darah dalam
daerah cedera. Trombosit dengan mudah melekat pada kolagen yang terbuka pada
tempat cedera dan, bersamaan dengan kerusakan sel-sel endotel, mengeluarkan
enzim tromboplastin (trombokinase). Dalam suatu rangkaian reaksi, tromboplastin
secara enzimatik mengubah protombin plasma menjadi trombin, yang selanjutnya mengubah
fibrinogen menjadi fibrin. Protrombin dan fibrinogen keduanya disintesis oleh
hati dan dikeluarkan ke dalam darah. Setelah pembentukannya, fibrin
berpolimerisasi menjadi matriks fibriler yang menangkap trombosit-trombosit dan
sel-sel darah dan menimbulkan sumbatan hemostatik, dasar dari bekuan darah
(trombus).
D.
Cardiac
Output dan Tekanan Darah
1.
Sistole dan Diastole
Ventrikel mendorong
darah dalam volume kecil dan serempak ke
arteri paru dan aorta. Kontraksi miokardium
ventrikel yang terus diulang ini disebut sistole; relaksasinya
disebut diastole. Masing-masing fase, sistole
dan diastole, pada
gilirannya dapat dibagi menjadi dua
tahap:
a.
Sistole
-
Fase
Kontraksi
-
Fase
Ejection
b.
Diastole
-
Fase
Relaksasi
-
Fase
Filling
Selama bagian
pertama dari sistol,
miokardium ventrikel mulai berkontraksi
(fase kontraksi). Karena katup atrioventrikular
tertutup, dan katup
semilunar belum terbuka, tekanan intraventrikular meningkat pesat dengan tidak
ada perubahan volume (kontraksi
isovolumic, kontraksi isovolumetric). Namun, segera
setelah tekanan dalam ventrikel
mencapai tekanan dalam aorta (sekitar 120 mmHg)
atau arteri pulmonalis (sekitar 20 mmHg), katup
semilunar terbuka, dan fase ejeksi dimulai. Selama fase ini ventrikel berkontraksi maksimal, dan volume 70 ml darah (stroke volume)
dikeluarkan ke dalam arteri saat istirahat. Tekanan intraventrikular kembali berada di bawah
tekanan arteri dan katup semilunar menutup
lagi. Sistol diikuti oleh diastole. Selama miokardium
relaksasi, katup atrioventrikular
tetap tertutup dan volume dalam ventrikel
(volume intraventrikular) tidak berubah (yang disebut volume akhir diastolik sekitar 70 ml). Tekanan dalam ventrikel
kemudian turun di bawah tekanan atrium sehingga katup atrioventrikular terbuka
dan darah mengalir dari atrium ke ventrikel
(ventrikel mengisi). Kekuatan pendorong untuk gerakan ini
pertama-tama adalah kontraksi atrium
awal, dan turunnya dasar jantung, dimana
dasar jantung mendekati apeks selama fase ejeksi, memperluas
atrium dan dengan demikian mengisap darah dari
pembuluh darah. Ketika miokardium
ventrikel rileks, darah mencapai ventrikel
melalui katup atrioventrikel
terbuka.
2.
Cardiac
Output
Curah jantung adalah
volume darah jantung memompa keluar dalam rentang waktu tertentu. Volume
sirkulasi berhubungan dengan jumlah darah yang dikeluarkan oleh jantung per
menit. Jantung kiri dan kanan selalu memindahkan darah dalam jumlah yang sama,
karena jika sebaliknya darah dalam satu sirkulasi akan cepat terbendung,
sementara bagian lain akan menderita kekurangan darah. Jika jantung saat
istirahat berdetak sekitar 70 kali per menit (frekuensi denyut) dan setiap
kontraksi menyemburkan sekitar 70 ml darah ke dalam sirkulasi sistemik (stroke
volume), volume menit yang dihitung akan menjadi sekitar 5 liter (70 × 70 ml =
4900 ml ). Jumlah ini kira-kira total volume darah manusia dengan berat 70 kg.
Selama pekerjaan fisik,
otot-otot, di antara organ-organ lain, harus diperfusi dengan lebih banyak
darah, dan sirkulasi volume darah dan berhubungan dengan itu tekanan darah harus
meningkat. Denyut jantung dan stroke volume dapat ditingkatkan untuk
meningkatkan volume darah yang beredar. Dengan cara ini, curah jantung bisa
meningkat hingga 25 l / min selama aktivitas fisik yang berat, volume darah
dapat mencapai lima kali normal. Peningkatan dapat dicapai, misalnya, jika
kenaikan stroke volume dari 70 ml menjadi 140 ml dan detak jantung secara cepat
dinaikkan menjadi 180 denyut / menit (180 / menit x 140 ml = 25,200 ml / menit
= 25,2 l / min ).
E.
Tekanan
Darah
Tekanan darah arteri adalah tekanan saat ventrikel
kiri memompa darah. Tekanan dapat dipalpasi dengan jari pada arteri superfisial
(misal radialis). Tekanan darah tidak konstan, tetapi bervariasi antara tekanan
sistol dan diastole. Tekanan darah
sistolik normal adalah sekitar
120 mmHg, diastolik
di atas 80 mmHg. Selama aktivitas
fisik tekanan dapat mencapai 200 mmHg. Tekanan saat istirahat diastolik ≥ 90
mmHg atau sistolik ≥ 140 disebut tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan
darah merupakan akibat cardiac output dan tahanan vaskuler.
F.
Aliran,
Tekanan dan Tahanan Vaskuler
Jika kita menggunakan
hukum universal fisika untuk aliran darah melalui sistem pembuluh darah, maka hukum
Ohm untuk rangkaian listrik
menyatakan:
yaitu,
laju aliran meningkat dengan
meningkatnya perbedaan tekanan, dan
menurun dengan meningkatnya resistensi vaskuler. Hambatan aliran menjadi
mengatasi diciptakan oleh gesekan internal fluida yang mengalir. darah
mengalir relatif mudah melalui pembuluh besar, tetapi arteri yang lebih kecil,
dan terutama arteriol dan kapiler, melawan arus dengan resistensi tinggi
yang diciptakan oleh diameter kecil (resistensi perifer). Dengan demikian,
semakin besar resistensi perifer, semakin besar tekanan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
menurun dengan meningkatnya resistensi vaskuler. Hambatan aliran menjadi
mengatasi diciptakan oleh gesekan internal fluida yang mengalir. darah
mengalir relatif mudah melalui pembuluh besar, tetapi arteri yang lebih kecil,
dan terutama arteriol dan kapiler, melawan arus dengan resistensi tinggi
yang diciptakan oleh diameter kecil (resistensi perifer). Dengan demikian,
semakin besar resistensi perifer, semakin besar tekanan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
Pada prinsipnya,
fungsi pembuluh darah (peredaran darah) bertumpu pada adanya perbedaan tekanan dari arteri ke vena, yang mempertahankan aliran darah. Karena dalam sirkulasi sistemik tekanan arteri rata-rata menurun dari sekitar 100 mmHg
(mean dari tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik
80 mmHg) sampai 3
mmHg, gradien tekanan sekitar 97 mmHg.
Oleh karena itu kinerja sirkulasi
dapat disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
dengan mengubah laju aliran (kinerja
memompa jantung =
curah jantung) dan resistensi terhadap
aliran (resistensi perifer). Untuk
sirkulasi sistemik:
Karena peningkatan tekanan
dalam sirkulasi sistemik selalu menempatkan beban yang besar pada dinding
pembuluh darah, dinding pembuluh dijaga sekonstan mungkin. Adaptasi dengan
kondisi yang berubah dalam sirkulasi yang terjadi lebih cenderung dengan
mengubah kinerja pemompaan jantung atau resistensi perifer. Ketika, misalnya,
total kebutuhan darah meningkat karena meningkatnya aktivitas otot, naik curah
jantung dan resistensi perifer diturunkan oleh pelebaran pembuluh di otot.
Dengan cara ini, menurunkan atau meningkatkan resistensi perifer di organ
tertentu dapat menimbulkan redistribusi output jantung sesuai kebutuhan dari
beberapa organ untuk mendukung orang lain.
G.
Regulasi
Perfusi Organ
Kebutuhan
perfusi salah satu organ dapat dipenuhi dalam
dua cara utama:
·
Peningkatan tekanan darah arteri
·
Penurunan resistensi perifer
Peningkatan
tekanan darah, bukanlah solusi yang paling sesuai karena semua organ akan menerima lebih
banyak aliran darah, dan terlebih lagi
meningkatnya tekanan darah dua kali
lipat (240/160 mmHg) hanya
akan menghasilkan aliran dua kali lipat.
Penurunan resistensi perifer dengan vasodilatasi lokal
(pelebaran pembuluh darah) menyebabkan perubahan yang signifikan dalam
aliran darah. Hal ini karena fisika hemodinamik, dimana
resistensi terhadap aliran fluida
dalam tabung (pembuluh darah) tergantung pada panjang tabung, viskositas fluida, dan
kekuatan pangkat empat jari-jari tabung (r4)
(hukum Hagen -Poiseuille). Dengan demikian, penurunan radius arteri hanya
16% akan menggandakan tahanan. Di sisi lain menggandakan
radius pembuluh akan
menghasilkan peningkatan aliran darah 16
kali lipat.
Karena
sebagian besar dari semua resistensi perifer terletak di arteri kecil dan yang disebut sebagai "arteriol prekapiler," ini mungkin dideskripsikan sebagai resistensi pembuluh darah. Pengaturan aliran darah perifer karenanya
tergantung terutama pada regulasi otot
arteri kecil dan arteriol.
Jadi pembuluh menyempit
(vasokonstriksi) dengan kontraksi (peningkatan tonus) otot polos, sedangkan jika serat-serat otot rileks pembuluh melebar secara
pasif. Kondisi kontraksi otot-otot pembuluh darah pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal (autoregulasi) atau sinyal hormonal
atau gelisah.
DAFTAR PUSTAKA
Benson, U.J., Gunstream, S.E., Talaro,
A., and Talaro, K.P. (1999). Anatomy & Physiology Laboratory Textbook.
7th ed. New York: The McGraw-Hill Companes.
Faller, A., Schünke, M., Schünke, G.,
& Taub, E. (2004). The Human Body: An Introduction to Structure and
Function: Thieme.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R.,
Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Camera, I. M. (2011). Medical-Surgical
Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems (8th
ed.): Elsevier Science Health Science Division.
Cukup jelas uraian tentang Pembuluh darah
BalasHapus